Assalamualaikum Sahabat ELBE
kali ini novel barat yang dihadirkan berjudul
HEX HALL Penulis : RACHEL HAWKINS
Penerbit : Ufuk Press
Harga : Rp. 75.000,-
Diskon 20% Rp. 60.000,-
Buku ini termasuk buku yang ringan namun cukup mantap secara keseluruhan. Memang ada beberapa hal yang mirip dengan novel-novel Young Adult lainnya (minimal jadi mengingatkan), tapi untunglah Rachel Hawkins mampu memberi eksekusi bagus yang membuat buku ini berbeda dan tak terjebak dengan novel-novel lainnya. Hehe…
SOPHIE MERCER. Itulah tokoh utama dalam novel Hex Hall ini. Gadis yang sederhana, lucu, cenderung biasa-biasa saja, tidak populer, memiliki ayah penyihir yang entah ada di mana, diasuh dan dibesarkan oleh ibunya yang merupakan manusia biasa, dan…di umurnya yang baru 16 tahun, ia telah berpindah-pindah sekolah sampai sembilan belas kali. Yeah, bisa dibilang tidak biasa. Dan tanpa ia sadari, perbuatannya di sekolah terakhir membuatnya terdampar di sekolah yang ke dua puluh.
Aah, Sophie bukan seorang pengacau ataupun anak nakal. Ia sebenarnya hanya ingin membantu seorang teman yang tidak punya pasangan di pesta dansa sekolah, tapi toh niat baik itu tidak bisa menjauhkannya dari paksaan takdir untuk pindah sekolah lagi. Yeah, sebut saja, bantuan yang amat sangat konyol dan lumayan gegabah: Mantra Cinta.
Penyihir lain mungkin akan memutar bola mata, menggeleng-gelengkan kepala, dan mendecak-decakkan lidah karena tak habis pikir, kenapa gadis penyihir yang sudah berumur enam belas tahun melakukan mantra sesederhana itu (dengan hasil yang cukup kacau) hingga akhirnya dijebloskan ke ‘penjara’ Hecate Hall. Hecate Hall—atau biasa disebut Hex Hall oleh murid-murid di sana—bukan sebuah penjara dalam arti sebenarnya tentu saja. Hex Hall merupakan sekolah berasrama yang menampung berbagai makhluk non-manusia—para prodigium—yang mengalami berbagai masalah, entah itu karena belum bisa mengendalikan kekuatannya, melakukan suatu kesalahan yang merugikan manusia, ataupun dalam kasus Sophie, beraksi tanpa pikir panjang hingga jati dirinya yang merupakan seorang penyihir diketahui.
Murid-murid di sini sangat beragam, mulai dari peri, shapeshifter, werewolf, penyihir, bahkan vampir pun ada di sini. Dan di sini, di antara berbagai makhluk non-manusia yang ada, Sophie ditempatkan di satu kamar dengan Jenna, satu-satunya murid vampir yang digolongkan sebagai monster.
Kehidupan Sophie di Hex Hall amat berwarna. Mulai dari pertemuan dengan Archer, cowok paling hot di sekolah itu, yang awalnya membuatnya kesal, dan yang lantas ia taksir tapi juga ia benci karena beberapa hal; konflik dengan tiga cewek penyihir paling cantik dan populer yang awalnya mengajaknya menjadi satu kelompok tapi kemudian jadi sengit dan memusuhinya; hantu aneh yang tampaknya selalu mengamatinya; rahasia yang menyelubungi ayahnya (ayah yang bahkan tak pernah bertemu dengannya satu kali pun) yang ternyata berkaitan erat dengan Hex Hall; sampai insiden-insiden yang membuat satu murid tewas dan dua murid sekarat karena penyerangan yang tidak diketahui secara pasti. Tapi, yang paling membuat Sophie begitu gusar adalah karena tersangka utama dalam penyerangan-penyerangan itu adalah Jenna, teman vampirnya.
Sophie tak percaya tentu saja. Makanya, ia terus berusaha untuk menyelidikinya. Dan sementara itu, masalah tampaknya tak mau jauh-jauh dari Sophie, si murid baru. Di kelas Pertahanan pertamanya, ia mendapatkan hukuman berat karena suatu ketidaksengajaan, dan tak tanggung-tanggung, hukuman itu berlaku selama satu semester. Tapi, hei, ternyata itu tidak terlalu buruk juga karena Archer yang ia taksir akhirnya mendapatkan hukuman yang sama dengannya. Dan ditambah dengan perseturuannya dengan Elodie—si cewek paling populer yang merupakan pacar Archer, isu-isu bahwa Hex Hall tak lagi aman dan L’Occhio di Dio—musuh utama para prodigium yang paling berbahaya—sedang mencari-carinya dan berusaha untuk membunuhnya, Jenna makin terpojok karena tuduhan penyerangan….haah, lengkaplah sudah masalah Sophie di sekolah yang ke dua puluh ini.
Tapi, sekalipun begitu, di Hex Hall ini jugalah Sophie akan mendapatkan kebenaran. Tentang ayahnya, tentang hantu yang mengawasinya, tentang jati dirinya, dan juga tentang Archer…
Dan kesimpulannya…
Hex Hall merupakan novel yang bagus. Plot tak perlu diragukan lagi. Enjoy untuk di baca. Bacaan yang ringan, cepat, dan asyik untuk menghabiskan waktu luang. Sedikit kekurangan yang tak penting untuk disebutkan tak akan jadi masalah (masalah selera dan tuntutan masing-masing pembaca).
Penasaran? Hehe… buruan beli n baca, ya?
Sumber : http:// kebunninas.wordpress.com/ 2011/12/19/ review-hex-hall-by-rachel-h awkins/
pembelian hubungi inbox atau di 082 1234 05088
Setiap 1 buku yang terjual kami donasikan Rp. 1.000 untuk yatim piatu
kali ini novel barat yang dihadirkan berjudul
HEX HALL Penulis : RACHEL HAWKINS
Penerbit : Ufuk Press
Harga : Rp. 75.000,-
Diskon 20% Rp. 60.000,-
Buku ini termasuk buku yang ringan namun cukup mantap secara keseluruhan. Memang ada beberapa hal yang mirip dengan novel-novel Young Adult lainnya (minimal jadi mengingatkan), tapi untunglah Rachel Hawkins mampu memberi eksekusi bagus yang membuat buku ini berbeda dan tak terjebak dengan novel-novel lainnya. Hehe…
SOPHIE MERCER. Itulah tokoh utama dalam novel Hex Hall ini. Gadis yang sederhana, lucu, cenderung biasa-biasa saja, tidak populer, memiliki ayah penyihir yang entah ada di mana, diasuh dan dibesarkan oleh ibunya yang merupakan manusia biasa, dan…di umurnya yang baru 16 tahun, ia telah berpindah-pindah sekolah sampai sembilan belas kali. Yeah, bisa dibilang tidak biasa. Dan tanpa ia sadari, perbuatannya di sekolah terakhir membuatnya terdampar di sekolah yang ke dua puluh.
Aah, Sophie bukan seorang pengacau ataupun anak nakal. Ia sebenarnya hanya ingin membantu seorang teman yang tidak punya pasangan di pesta dansa sekolah, tapi toh niat baik itu tidak bisa menjauhkannya dari paksaan takdir untuk pindah sekolah lagi. Yeah, sebut saja, bantuan yang amat sangat konyol dan lumayan gegabah: Mantra Cinta.
Penyihir lain mungkin akan memutar bola mata, menggeleng-gelengkan kepala, dan mendecak-decakkan lidah karena tak habis pikir, kenapa gadis penyihir yang sudah berumur enam belas tahun melakukan mantra sesederhana itu (dengan hasil yang cukup kacau) hingga akhirnya dijebloskan ke ‘penjara’ Hecate Hall. Hecate Hall—atau biasa disebut Hex Hall oleh murid-murid di sana—bukan sebuah penjara dalam arti sebenarnya tentu saja. Hex Hall merupakan sekolah berasrama yang menampung berbagai makhluk non-manusia—para prodigium—yang mengalami berbagai masalah, entah itu karena belum bisa mengendalikan kekuatannya, melakukan suatu kesalahan yang merugikan manusia, ataupun dalam kasus Sophie, beraksi tanpa pikir panjang hingga jati dirinya yang merupakan seorang penyihir diketahui.
Murid-murid di sini sangat beragam, mulai dari peri, shapeshifter, werewolf, penyihir, bahkan vampir pun ada di sini. Dan di sini, di antara berbagai makhluk non-manusia yang ada, Sophie ditempatkan di satu kamar dengan Jenna, satu-satunya murid vampir yang digolongkan sebagai monster.
Kehidupan Sophie di Hex Hall amat berwarna. Mulai dari pertemuan dengan Archer, cowok paling hot di sekolah itu, yang awalnya membuatnya kesal, dan yang lantas ia taksir tapi juga ia benci karena beberapa hal; konflik dengan tiga cewek penyihir paling cantik dan populer yang awalnya mengajaknya menjadi satu kelompok tapi kemudian jadi sengit dan memusuhinya; hantu aneh yang tampaknya selalu mengamatinya; rahasia yang menyelubungi ayahnya (ayah yang bahkan tak pernah bertemu dengannya satu kali pun) yang ternyata berkaitan erat dengan Hex Hall; sampai insiden-insiden yang membuat satu murid tewas dan dua murid sekarat karena penyerangan yang tidak diketahui secara pasti. Tapi, yang paling membuat Sophie begitu gusar adalah karena tersangka utama dalam penyerangan-penyerangan itu adalah Jenna, teman vampirnya.
Sophie tak percaya tentu saja. Makanya, ia terus berusaha untuk menyelidikinya. Dan sementara itu, masalah tampaknya tak mau jauh-jauh dari Sophie, si murid baru. Di kelas Pertahanan pertamanya, ia mendapatkan hukuman berat karena suatu ketidaksengajaan, dan tak tanggung-tanggung, hukuman itu berlaku selama satu semester. Tapi, hei, ternyata itu tidak terlalu buruk juga karena Archer yang ia taksir akhirnya mendapatkan hukuman yang sama dengannya. Dan ditambah dengan perseturuannya dengan Elodie—si cewek paling populer yang merupakan pacar Archer, isu-isu bahwa Hex Hall tak lagi aman dan L’Occhio di Dio—musuh utama para prodigium yang paling berbahaya—sedang mencari-carinya dan berusaha untuk membunuhnya, Jenna makin terpojok karena tuduhan penyerangan….haah, lengkaplah sudah masalah Sophie di sekolah yang ke dua puluh ini.
Tapi, sekalipun begitu, di Hex Hall ini jugalah Sophie akan mendapatkan kebenaran. Tentang ayahnya, tentang hantu yang mengawasinya, tentang jati dirinya, dan juga tentang Archer…
Dan kesimpulannya…
Hex Hall merupakan novel yang bagus. Plot tak perlu diragukan lagi. Enjoy untuk di baca. Bacaan yang ringan, cepat, dan asyik untuk menghabiskan waktu luang. Sedikit kekurangan yang tak penting untuk disebutkan tak akan jadi masalah (masalah selera dan tuntutan masing-masing pembaca).
Penasaran? Hehe… buruan beli n baca, ya?
Sumber : http://
pembelian hubungi inbox atau di 082 1234 05088
Setiap 1 buku yang terjual kami donasikan Rp. 1.000 untuk yatim piatu
Langit buku on FB http://www.facebook.com/langit.buku
0 komentar:
Posting Komentar