kali ini saya mereview buku berjudul
Malaika Humaira
Pengarang: Zahrotul Atiyah
Penerbit Diva Press
Harga Rp. 45.000,-
Diskon 15% = Rp 38.250,-
Novel ini bertutur mengenai hubungan atas nama persaudaraan antara dua orang wanita yang dipertemukan di sebuah rumah kost di daerah Karangmalang Yogya. Hubungan yang mereka namai saudara sehati terjalin dalam sebuah kisah yang menawarkan sesuatu yang baru - Rehanna Sulastin dan Malaika Humaira, sama-sama memendam perasaan terdalam mereka untuk alasan-alasan yang hanya mereka sendirilah yang tahu. Semula, orang-orang di sekitar mereka menganggap hubungan di antara dua orang gadis itu sangat tidak wajar, ganjil, tidak semestinya. Anak-anak yang lain di rumah kost tersebut merasa sangat risih dan tersisih. Anggapan itu ditepis oleh Malka, begitu mereka biasa memanggil Malaika, dia mengatakan bahwa dia mencintai Hanna, panggilan akrab Rehanna oleh dorongan cinta persaudaraan.
Kenyataannya, jalinan kisah yang mereka rantai berdua itu telah begitu jauh menyentuh sisi terdalam dari nurani mereka sebagai manusia. Sebuah perasaan terbesar yang mampu mereka berikan. Satu sama lain merasa dirinya mempunyai kekurangan, satu lainnya menawarkan untuk mengisi kekurangan itu dengan kekurangan dirinya, hingga mereka merasa bahwa kekurangan-kekurangan pada dirinya bukanlah sesuatu yang akan menghalangi mereka untuk saling menyayangi dan ternyata bahwa cinta seorang saudara sehati akan mampu menyembuhkan luka-luka yang telah sekian lama membusuk karena tak pernah diobati. Namun kecemburuan demi kecemburuan juga tercipta saat salah satu bersama orang lain, hal itu mulai menimbulkan banyak masalah. Kejadian yang mereka lewati bersama, menyiratkan perasaan yang begitu dalam antara keduanya. Bahkan Hanna beranggapan bahwa kasih sayang Ra, panggilan sayangnya untuk Malka jauh melebihi perhatian pacarnya, Arya. Sementara bagi Malka, Re, panggilan sayangnya untuk Hanna, adalah seorang yang sangat disayanginya, melebihi pada siapapun. Lambat laun, Malka menjadi sangat bergantung pada Hanna. Pada Hanna, dia rela berkorban apapun, rela mengemis cinta ketika Hanna bersikukuh meninggalkannya. Padahal alasan Hanna adalah agar gadis itu terbebas dari belenggu cinta.
Akhirnya mereka berpisah, Malka merantau dan berusaha mencari ketenangan batin. Namun muara dari perantauannya adalah di Pekalongan, di sana dia melabuhkan hidupnya pada seorang pria yang sangat mencintainya dari dulu. Sedangkan hubungan Hanna dan Arya tak berjalan semulus yang mereka cita-citakan dari dulu. Malka dan Hanna menjalani takdirnya masing-masing di tempat yang terpisah jauh, tak pernah saling berhubungan, tak saling tahu kabar, tak saling bertatap muka. Namun, mereka tetap menyimpan cinta dan kerinduan yang sangat besar, yang tetap hidup sepanjang jalan mereka, tersimpan begitu rapat di dasar hati. Tanpa seorangpun tahu. Apakah cinta dan rasa kasih sayang yang mereka berikan untuk pasangannya masing-masing bisa mengalahkan rasa cinta dan kasih sayang mereka pada saudara sehati yang telah sekian lama tak berjumpa? Tak ada yang tahu pasti, selain keduanya.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, keduanya dipertemukan, dalam suasana yang sangat menyentuh hati. Di depan nisan Malaika Humaira!!! Wanita itu ternyata telah meninggal 21 tahun yang lalu, saat dia berjuang untuk melahirkan anak pertamanya, entah karena kelainan di otak yang telah lama dideritanya, entah karena anemia seperti kata dokter yang menangani persalinannya. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah penantian akan sebuah perjumpaan dengan orang terkasih. Hanna pun menjumpai seorang gadis seusia Malka saat bersamanya dahulu, namanya Hanna juga, yang ternyata adalah buah cinta antara Malka dan Thev. Semua yang bisa dilihatnya pada Hanna muda, sangat menyiksa batin Hanna. Dia melihat tatap mata saudara sehatinya dari tatap mata gadis itu, senyum yang hampir sama, tutur kata yang hampir sama, sikap dan gaya yang hampir sama. Bedanya hanyalah, bahwa gadis muda itu bukan saudara sehati yang selama ini dirinduinya. Hanna sangat tersiksa dan menderita melihat kenyataan yang terpampang di depannya. Terlambat memang lebih baik daripada tidak sama sekali, sayangnya, rasa sesal karena terlambat seringkali melebihi rasa sesal yang timbul karena tidak melakukan apapun sama sekali. Ternyata, keinginan Hanna agar Malka melupakan cinta mereka, justru menjerat leher Malka dan menyeretnya pada maut. Cinta sejati tak pernah akan berakhir bahagia karena cinta sejati tidak mempunyai akhir. Kalau begitu sejatikah cinta dua orang saudara sehati itu?
Pemesanan hubungi via inbox atau di 082 1234 05088
Setiap 1 buku yang terjual kami donasikan seribu rupiah untuk yatim piatu
0 komentar:
Posting Komentar